selamat datang

selamat datang

Senin, 19 Juli 2010

DELAPAN KEBOHONGAN IBU !!! (SEBUAH RENUNGAN)


1. Cerita ini dimulai ketika aku masih kecil, saya terlahir sebagai anak lelaki dari sebuah keluarga miskin. Yang terkadang untuk makan pun kita sering kekurangan. Kapanpun ketika waktu makan, ibu selalu memberikan bagian nasi nya untuk saya. Ketika beliau mulai memindahkan isi mangkuknya ke mangkuk saya, dia selalu berkata "Makanlah nasi ini anak ku. Aku tidak lapar"

ini adalah kebohongan Ibu yang pertama.

2. Ketika aku mulai tumbuh dewasa, dengan tekun nya ibu menggunakan waktu luangnya untuk memancing di sungai dekat rumah kami, dia berharap jika dia mendapatkan ikan, dia dapat memberikan aku sedikit makanan yang bergizi untuk pertumbuhan ku. Setelah memancing, dia akan
memasak ikan tersebut menjadi sup ikan segar yang meningkatkan selera makan ku. Ketika aku memakan ikan tersebut, ibu akan duduk disebelah ku dan memakan daging sisa ikan tersebut, yang masih menempel pada tulang ikan yang telah aku makan. Hatiku tersentuh sewaktu melihat hal
tersebut, aku menggunakan sumpitku dan memberikan potongan ikan yang lain kepadanya. Tetapi dia langsung menolaknya dengan segera dan mengatakan " Makanlah ikan itu nak, aku tidak seberapa menyukai ikan"

Itu adalah kebohongan ibu yang ke dua

3. Kemudian, ketika aku berada di bangku sekolah menengah, untuk membiayai pendidikan ku, ibu pergi ke sebuah badan ekonomi (KUD) dan membawa kerajinan dari korek api bekas. kerajinan tersebut menghasilkan sejumlah uang untuk menutupi kebutuhan kami. Ketika musim
semi datang, aku terbangun dari tidurku dan melihat ibuku yang masih terjaga, dan ditemani cahaya lilin kecil dan dengan ketekunan nya dia melanjutkan pekerjaan nya menyulam. Aku berkata "Ibu, tidurlah, sekarang sudah malam, besok pagi kamu masih harus pergi bekerja." Ibu
tersenyum dan berkata "Pergilah tidur, sayang. Aku tidak Lelah."

Itu adalah kebohongan ibu yang ke tiga

4. Pada saat Ujian akhir, ibu meminta izin dari tempat ia bekerja hanya untuk menemaniku. Pada saat siang hari dan matahari terasa sangat menyengat, dengan tabah dan sabar ibu menugguku dibawah terik sinar matahari untuk beberapa jam lamanya. Dan setelah bel berbunyi, yang menandakan waktu ujian telah berakhir, Ibu dengan segera menyambutku dan memberikan ku segelas teh yang telah beliau siapkan sebelumnya di botol dingin. kental nya teh terasa tidak sekental kasih sayang dari Ibu, yang terasa sangat kental. Melihat ibu menutup botol tersebut dengan rasa haus, langsung saya memberikan gelasku dan memintanya untuk minum juga. Ibu berkata "Minumlah, nak. Ibu tidak haus!"


Itu kebohongan ibu yang ke empat

5. Setelah kematian ayahku yang disebabkan oleh penyakit, Ibuku tersayang harus menjalankan peran nya sebagai orang tua tunggal. dengan mengerjakan tugasnya terlebih dahulu, dia harus mencari uang untuk memenuhi kebutuhan kami sendiri. Hidup keluargaku menjadi semakin kompleks. Tak ada hari tanpa kesusahan. Melihat keadaan keluargaku pada saat itu yang semakin memburuk, ada seorang paman yang tinggal dekat rumahku datang untuk menolong kami, baik masalah yang besar dan masalah yang kecil. Tetangga kami yang lain yang tinggal
dekat dengan kita melihat kehidupan keluarga kami sangat tidak beruntung, Mereka sering menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang sangat keras kepala, tidak memperdulikan nasihat mereka, dia berkata " Saya tidak butuh cinta"

Itu adalah kebohongan ibu yang ke lima


6. Setelah saya menyelesaikan pendidikanku dan mendapatkan sebuah pekerjaan. itu adalah waktu bagi ibuku untuk beristirahat. Tetapi dia tetap tidak mayu; dia sangat bersungguh-sungguh pergi ke pasar setiap pagi, hanya untuk menjual beberapa sayuran untuk memenuhi kebutuhan nya. Saya, yang bekerja di kota yang lain, sering mengirimkan beliau sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan nya, tetapi Beliau tetap keras kepala untuk tidak menerima uang tersebut. Beliau sering mengirim kembali uang tersebut kepadaku. Beliau berkata "Saya punya cukup uang"

itu adalah kebohongan ibu yang ke enam

7. Setelah lulus dari program sarjana, kemudian saya melanjutkan pendidikan saya ke tingkat Master, saya mengambil pendidikan tersebut, dibiayai oleh sebuah perusahaan melalui sebuah program beasiswa, dari sebuah Universitas terkenal di Amerika. Akhirnya saya bekerja pada
perusahaan tersebut. Dengan gaji yang lumayan tinggi, saya berniat untuk mengambil Ibu dan mengajak nya untuk tinggal di amerika. Tetapi Ibuku tersayang tidak mau merepotkan anak lelakinya, Beliau berkata kepadaku "Saya tidak terbiasa"

itu adalah kebohongan ibu yang ke tujuh

8. Sewaktu memasuki masa tua nya, ibu terkena kanker tenggorokan dan harus dirawat di rumah sakit. Saya yang terpisah sangat jauh dan terpisah oleh lautan, segera pulang ke rumah untuk mengunjungi ibuku tersayang. Beliau terbaring lemah ditempat tidurnya selepas selesai
menjalankan operasi. Ibu yang terlihat sangat tua, menatapku dengan tatapan rindu yang dalam. Beliau mencoba memberikan senyum diwajahnya. meskipun terlihat sangat menyayat dikarenakan penyakit yang dideritanya. Itu sangat terlihat jelas bagaimana penyakit tersebut
menghancurkan tubuh ibuku. dimana beliau sangat terlihat lemah dan kurus. Saya mulai mencucurkan airmata di pipi dan menangis. Hatiku sangat terluka, teramat sangat terluka, melihat ibuku dengan keadaan yang demikian. Tetapi ibu, dengan segala kekuatannya, berkata "jangan menangis, anakku sayang, Ibu tidak sakit"

Itu adalah kebohongan ibu yang ke delapan

setelah megatakan kedelapan kebohongan nya, Ibuku tersayang menutup
matanya untuk selamanya!...


Sungguh Renungan yang sangat menggetarkan hati, bagi para pembaca marilah kita hormati ibu, rawat dan jaga dia saat dia saat usianya menjelang senja karena dia adalah SURGAMU...............

Minggu, 18 Juli 2010

SABTU MALAM MINGGU (tengah malam)

Sebenarnya sudah ngantuk banget, tapi ngga tahu mengapa pengen di depan monitor.
Lagu2 slow mengiringi angan ku jauh kebelakang terharmoni dengan suara gerimis sejak sore tadi, eehhm...padahal ini kan sudah bulan juli....
Membuka sebuah jejaring melihat teman2 lamaku saling sapa hanya lewat keypad,...teringat dulu masih pada culun2 ha..ha...ha....sekarang kayaknya masih deh.....kelihatan dari status gokil yang selalu menghiasi wall nya.
Dah ah...pengen nulis aja..........lagi merasa sepi..buat temen2 ku dulu di semarang dan jogja ..i miss u guys....

Jumat, 16 Juli 2010

Dengan Otak Kanan Mengubah Musibah Jadi Barokah

Dalam bisnis, laju dan majunya perusahaan terkadang tergantung dari sudut mana kita melihat suatu peristiwa yang kita alami dalam menjalankan usaha kita sehari-hari. Hak itu pula yang saya alami dalam 25 tahun terakhir ini, jangan dikira, sebelum akhirnya memiliki 600-an cabang Bimbel Primagama dan membuka puluhan usaha lain, banyak sekali moment bisnis saya alami dengan beragam peristiwa tragis. Akan tetapi hal itu justru mempertajam intuisi kita dalam mengembangkan usaha. Cerita berikut bisa menjadi pengalaman bagi Anda betapa suatu tragedy terkadang tak selamanya jadi halangan untuk mengembangkan usaha.

Dulu, ketika saya mengembangkan cabang baru Primagama di kota Solo, ada satu tragedy menarik yang bisa saya ceritakan untuk pembaca. Kisahnya bermula dari mencari tempat usaha. Setelah survey sana-sini, kami menemukan lokasi strategis untuk cabang pertama Primagama di Solo, yakni sebuah rumah di Jalan Honggowongso. Akan tetapi kondisi rumah tidak siap pakai, esok harinya saya perintahkan tukang untuk membawa perlengkapan bangunan dan pertukangan untuk merenovasi rumah itu. Semua perlengkapan dibawa dengan colt pick up dari Yogjakarta menuju Solo.

Rupanya dalam perjalanan ke Solo, di Klaten, mobil pengangkut material itu malah menabrak pohon, barang bawaan jadi rusak dan hancur. Saya sempat marah dengan sopir waktu itu. “Memangnya kamu tidak melihat ada pohon nyebrang jalan kok sampai kamu tabrak?” kejadian itu memang sempat menjadi diskusi di kantor Primagama Yogja. Itu pertanda buruk, jangan buka cabang di Solo dulu, itu musibah yang kata orang Jawa malati, bawa sial. Jadi sebaiknya ditunda dulu keinginan buka cabang di Solo, sebelum juga mulai tapi sudah terjadi musibah, begitu komentar banyak teman kantor.

Tapi waktu itu, dengan pola pikir otak kanan, saya justru punya pandangan lain. Kasus tabrakan itu dalam pandangan otak kanan saya justru ujian dalam bisnis. Dan biasanya ujian itu adalah harga tebusan untuk meraih sukses yang lebih besar, kalau belum-belum sudah kena musibah, saya yakin Tuhan justru menjanjikan barokah rezeki besar menanti di depan kalau kita berhasil melaluinya. Oleh karena itu, saya perintahkan untuk jalan terus dan tetap membuka cabang Primagama Solo, ya di Jalan Honggowongso.

Alhamdulillah, intuisi otak kanan dalam melihat peluang bisnis saya tak keliru. Justru sampai sekarang di Solo yang kini sudah menjadi hampir 19 outlet bimbingan, menjadi salah satu outlet Primagama paling gemuk dan paling banyak siswanya. Coba, kalau dahulu saya memenuhi saran banyak orang untuk membatalkan buka cabang di Solo, cerita sukses dari cabang Solo tak akan terjadi dan boleh jadi sampai sekarang. Primagama tak akan pernah punya cabang di Solo, karena percaya takhayul bisnis yang ternyata terbukti tidak benar.

Dalam mind set otak kanan, tidak ikut arus dan berani menentang pola pikir lama yang menjadi keyakinan banyak orang. Boleh jadi, saat melihat musibah yang kita hadapi dalam perjalanan bisnis dengan cara pandang yang berbeda, bisa jadi kunci sukses kita. Tak jarang justru musibah bisa berbuah barokah! Untuk itu, saya selalu menyarankan kepada banyak teman, kalau memang kita yakin pada intuisi kita bahwa apa yang kita lakukan benar dan akan mencapai sukses, kita harus menjalani target bisnis kita dengan ngundung (keteguhan hati – istilah Jawa). Ya, kalau memang sudah mau, ya harus dilakukan dengan keteguhan hati. Sudah banyak saya buktikan kalau memang kita benar dan punya keteguhan hati, pasti kita bisa meraih sukses.

Satu lagi bukti, bahwa keyakinan dan optimisme yang menjadi intuisi, mengantar kita menuju sukses bisnis. Beberapa tahun lalu ketika saya membuka sekolah Entrepreneur University dengan konsep tanpa nilai, tanpa ujian dan diwisuda setelah siswa terbukti berhasil menjadi pengusaha itu sempat membuat Dirjen Dikti keberatan dan mengirimkan surat teguran kepada saya. Intinya saya tidak diperbolehkan menggunakan istilah University pada sekolah entrepreneur itu. Oleh karena untuk menggunakan istilah University harus banyak aturan formal yang dipenuhi.

Saya tidak takut dengan teguran itu. Dengan santun saya balas surat teguran itu dan di surat tersebut saya jelaskan bahkan University dalam Entrepreneur University itu hanya sebuah nama. Apalah artinya sebuah nama. Karena, argument saya, Laksamana Sukardi juga bukan seorang laksamana dan Christine Hakim juga bukan seorang hakim pengadilan. Alhamdulillah sampai sekarang surat teguran itu juga tak dibalas lagi dan sampai sekarang EU sudah berkembang di banyak kota di Indonesia. Dan telah melahirkan ribuan pengusaha baru yang jauh lebih berguna bagi bangsa ini, daripada banyak lulusan universitas-universitas pada umumnya. Otak kanan kembali membuktikan bisa mengubah bencan atau ancaman, justru menjadi peluang yang gemilang.

FOTO RERUNTUHAN RUMAH NABI MUHAMMAD SAW

Reruntuhan Rumah Rasulullah SAW dan Siti Khatidjah

Dilihat dari dekat

Kamar Rasulullah dan Siti Khatidjah

Pintu masuk Kamar Rasulullah dan Siti Khatidjah

Kamar Tempat Fatimah di lahirkan

Mihrab Tempat Sholat Rasulullah SAW

Makam Siti Khadijah dan Putranya Qosim



Kamis, 15 Juli 2010

SURAT DARI IBU YANG TERKOYAK HATINYA

Anakku…

Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan air mata bertetesan deras menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku lihat engkau lelaki yang gagah lagi matang. Sejak dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu sangat memahami makna ini dengan baik. Awal kegembiraan dan sekaligus perubahan psikis dan fisik. Sembilan bulan aku mengandungmu. Seluruh aktivitas aku jalani dengan susah payah karena kandunganku. Meski begitu, tidak mengurangi kebahagiaanku. Kesengsaraan yang tiada hentinya, bahkan kematian kulihat didepan mataku saat aku melahirkanmu. Jeritan tangismu meneteskan air mata kegembiraan kami.

Berikutnya, aku layaknya pelayan yang tidak pernah istirahat. Kepenatanku demi kesehatanmu. Kegelisahanku demi kebaikanmu. Harapanku hanya ingin melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada Ibu untuk membuatkan sesuatu.

Masa remaja pun engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat, Aku pun berikhtiar untuk mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu. Kemudian tibalah saat engkau menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu, namun aku tetap bahagia lantaran engkau menempuh hidup baru.

Seiring perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku yang dulu. Hak diriku telah terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak bersua, meski melalui telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan sekali, jadikanlah ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya beberapa menit saja untuk melihat anakku.

Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar sering melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah kepadaku. Ibu semakin susah melakukan gerakan.

Anakku…

Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan berterima kasih kepadanya. Sementara Ibu telah sekian lama berbuat baik kepada dirimu. Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu ? Apakah engkau sudah kehabisan rasa kasihmu pada Ibu ? Ibu bertanya-tanya, dosa apa yang menyebabkan dirimu enggan melihat dan mengunjungi Ibu ? Baiklah, anggap Ibu sebagai pembantu, mana upah Ibu selama ini ?

Anakku...

Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan, sekaligus duka dan kesedihan ? Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi ini kepada Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada kedurhakaan. Musibah dan hukuman pun akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati melakukannya,

Anakku…

Walaupun bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan dan cahaya diriku…

Anakku…

Perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan berasal dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang Ibu alami. Di sisi Allah, kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang menggugat.

Anakku..

Takutlah engkau kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada Ibu. Sekalah air mataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah kepadamu jika engkau ingin merobek-robek surat ini. Ketahuilah, "Barangsiapa beramal shalih maka itu buat dirinya sendiri. Dan orang yang berbuat jelek, maka itu (juga) menjadi tanggungannya sendiri".

Anakku…

Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan yang sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati. Darah persalinan, itulah nyawa Ibu. Ingatlah saat engkau menyusui. Ingatlah belaian sayag dan kelelahan Ibu saat engkau sakit. Ingatlah ….. Ingatlah…. Karena itu, Allah menegaskan dengan wasiat : "Wahai, Rabbku, sayangilah mereka berdua seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil".

Anakku…

Allah berfirman: "Dan dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang berakal" [Yusuf : 111]

Pandanglah masa teladan dalam Islam, masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup, supaya engkau memperoleh potret bakti anak kepada orang tua.

Azab Allah Untuk Desa Legetang Yang Hilang Di Dieng Wonosobo (Kisah Nyata Tentang Kebesaran Allah)

Kisah ini sudah lama, tetapi banyak yang belum mengetahuinya. Kisah ini hendaknya menjadi ibroh, bahwa apabila suatu daerah bermaksiat semua, bisa jadi Allah akan mengazabnya secara langsung.
أَأَمِنتُم مَّن فِي السَّمَاء أَن يَخْسِفَ بِكُمُ الأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ

"Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang dilangit bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?" (QS Al Mulk 67: 16).

Dukuh Legetang adalah sebuah daerah di lembah pegunungan Dieng, sekitar 2 km ke utara dari kompleks pariwisata Dieng Kabupaten Banjarnegara.

Dahulunya masyarakat dukuh Legetang adalah petani-petani yang sukses sehingga kaya. Berbagai kesuksesan duniawi yang berhubungan dengan pertanian menghiasi dukuh Legetang.
Misalnya apabila di daerah lain tidak panen tetapi mereka panen berlimpah. Kualitas buah/sayur yang dihasilkan juga lebih dari yang lain. Namun barangkali ini merupakan "istidraj" (disesatkan Allah dengan cara diberi rizqi yang banyak dan orang tersebut akhirnya makin tenggelam dalam kesesatan). Masyarakat dukuh Legetang umumnya ahli maksiat dan bukan ahli bersyukur. Perjudian disana merajalela, begitu pula minum-minuman keras (yang sangat cocok untuk daerah dingin). Tiap malam mereka mengadakan pentas Lengger (sebuah kesenian yang dibawakan oleh para penari perempuan, yang sering berujung kepada perzinaan). Anak yang kimpoi sama ibunya dan beragam kemaksiatan lain sudah sedemikian parah di dukuh Legetang.

Alkisah pada suatu malam turun hujan yang lebat dan masyarakat Legetang sedang tenggelam dalam kemaksiatan. Tengah malam hujan reda. Tiba-tiba terdengar suara "buum", seperti suara benda yang teramat berat berjatuhan. Pagi harinya masyarakat disekitar dukuh Legetang yang penasaran dengan suara yang amat keras itu menyaksikan bahwa Gunung Pengamun-amun sudah terbelah (bahasa jawanya: tompal), dan belahannya itu ditimbunkan ke dukuh Legetang. Dukuh Legetang yang tadinya berupa lembah itu bukan hanya rata dengan tanah, tetapi menjadi sebuah gundukan tanah baru menyerupai bukit. Seluruh penduduknya mati. Gegerlah kawasan dieng... Seandainya gunung Pengamun-amun sekedar longsor, maka longsoran itu hanya akan menimpa dibawahnya. Akan tetapi kejadian ini bukan longsornya gunung. Antara dukuh Legetang dan gunung Pengamun-amun terdapat sungai dan jurang, yang sampai sekarang masih ada. Jadi kesimpulannya, potongan gunung itu terangkat dan jatuh menimpa dukuh Legetang. Siapa yang mampu mengangkat separo gunung itu kalau bukan Allah?

Kini diatas bukit bekas dukuh Legetang dibuat tugu peringatan. Ditugu tersebut ditulis dengan plat logam:

"TUGU PERINGATAN ATAS TEWASNJA 332 ORANG PENDUDUK DUKUH LEGETANG SERTA 19 ORANG TAMU DARI LAIN-LAIN DESA SEBAGAI AKIBAT LONGSORNJA GUNUNG PENGAMUN-AMUN PADA TG. 16/17/1955.



Allahu Akbar, Allah Akbar, Allah Akbar

Jika Anda dari daerah Dieng menuju ke arah (bekas) dukuh Legatang maka akan melewati sebuah desa bernama Pakisan. Sepanjang jalan itu Anda mungkin akan heran melihat wanita-wanitanya banyak yang memakai jilbab panjang dan atau cadar. Memangsejak dulu masyarakat Pakisan itu masyarakat yang agamis, bertolak belakang dengan dukuh Legetang, tetangga desanya yang penuh dengan kemaksiatan. Ketika kajian triwulan Forum Komunikasi Ahlussunnah wal Jamaah Kabupaten Banjarnegara bertempat di Pakisan, maka masyarakat Pakisan berduyun-duyun ke masjid untuk mendengarkan kajian dari Ustadz Muhammad As Sewed. Ya, hampir semua masyarakat Pakisan aktif mengikuti kajian dan da'wah.

Alhamdulillah.

Wallahu a'lam bisshawab.

Sebagian orang mengira itu hanyalah hoax. Kenyataannya, itu adalah nyata. Perhatikan tulisan jurnalis trans TV yang hendak mengisahkan kejadian ini di acaranya:

“Beautiful, Misty and Mysterous. Cantik, berkabut dan misterius. Begitulah gambaran Pak Agus tentang alam Dieng. Contoh kemisteriusannya adalah bencana yang menimpa Dukuh Legetang. Sebetulnya jarak antara gunung dan desa itu jauh, sehingga sulit diterima akal bahwa tanah longsor itu bisa menimpa desa. Jadi, tanah itu seolah-olah terbang dari gunung, dan menimpa desa. Ada cerita, bahwa banyak penduduk desa itu yang berperilaku tidak benar. Mirip kisah Soddom dan Gomorah, ujar Pak Agus waktu itu.

Tugu yang menunjukkan disitu lokasi bekas dukuh Legetang sudah keliatan, lihat tanda panah. Dari jalan kita harus mendaki kesana sekitar hampir setengah jam


” “Maka, kami berempat akhirnya mendaki bukit. Agar tidak membebani Komar, Dian dan Yossie dalam pendakian ini, sengaja aku memanggul tripod. Jalan yang kami lalui sebenarnya cukup lebar, tapi persoalannya terletak di kecuramannya itu. Kami mendaki pelan-pelan sekitar seperempat jam, dengan beberapa kali berhenti. Akhirnya, tugu itu pun tampak. Ternyata lama pendakian tidak sampai setengah jam. Ada rasa lega,
bahwa pendakian ini ternyata tidak seberat yang dibayangkan. Ibu petani kentang itu tampaknya kurang pas memperkirakan waktu. Kami pun mengambil gambar untuk liputan, ditambah sedikit foto untuk kenangan. Untunglah, Yossie selalu membawa kamera digital. “


Ini yang lain lagi:

TRAGEDI LENYAPNYA DESA LEGETANG DI DIENG ; Longsoran Tanah Bisa ’Terbang’
08/02/2010 08:31:40

Tugu beton yang sudah lapuk dimakan usia masih berdiri tegak di tengah ladang di desa Pekasiran di pegunungan Dieng Kecamatan Batur, Banjarnegara. Tapi tugu setinggi sekitar 10 meter itu jadi penanda tragedi dan misteri terkuburnya dusun Legetang bersama seluruh penghuninya akibat longsornya Pengamunamun pada 1958.
Tambah GambarTambah GambarIni tugu peringatan Legetang. Allahu Akbar !! Betapa Dahsyat Kekuatan Allah, jika kita membayangkan ratusan orang tertimbun tanpa bisa terselamatkan disana


Data pada pahatan monumen marmer di pertigaan Desa Kepakisan, tetangga Pekasiran, menuju ke objek wisata kawah Sileri menyebutkan, jumlah korban jiwa 450 orang. Jauh melebihi korban tewas akibat bencana gas beracun kawah Sinila tahun 1979 yang merenggut 149 nyawa dan menjadi perhatian dunia internasional itu merenggut 149 nyawa.

Salah seorang saksi tragedi Legetang, Suhuri warga Pekasiran RT 03/04 yang kini berusia sekitar 72 tahun mengatakan, musibah terjadi malam hari pukul 23.00 saat musim hujan. ”Saya dan beberapa teman malam itu tidur di masjid. Saya baru dengar kabar gunung Pengamunamun longsor jam tiga pagi,” katanya. Suhuri mengaku lemas seketika begitu mendengar kabar tersebut, karena kakak kandungnya, Ahmad Ahyar, bersama istri dan 6 anaknya tinggal di dusun Legetang. Namun Suhuri maupun keluarganya dan warga lain tak berani langsung ke dusun yang berjarak sekitar 800 meter dari pusat desa Pekasiran, karena beredar kabar tanah dari lereng gunung Pengamunamun masih terus bergerak.

Inilah Gunung Pengamun-amun yang terbelah itu


Lenyapnya desa Legetang dan penghuninya juga menyimpan misteri, karena Suhuri dan beberapa warga Desa Pekasiran lain seusianya yang kini masih hidup mengatakan, antara kaki gunung sampai perbatasan kawasan pemukiman di dusun itu sama sekali tidak tertimbun, padahal jaraknya beberapa ratus meter. ”Longsoran tanah itu seperti terbang dari lereng gunung dan jatuh tepat di pemukiman. Sangat aneh”, kata Suhuri sembari menjelaskan, gejala lereng gunung akan longsor sudak diketahui 70 hari sebelum kejadian. Para pencari rumput pakan ternak dan kayu bakar untuk mengasap tembakau rajangan di samping untuk memasak, melihat ada retakan memanjang dan cukup dalam di tempat itu. Tapi tanda-tanda tadi tak membuat orang waspada, meski sering jadi bahan obrolan di Legetang. Orang baru menghubung-hubungkan soal retakan di gunung itu setelah Legetang kiamat,” katanya.

Tugu Peringatan Musibah Legetang


Waktu itu semua orang tercengang dan suasana mencekam melihat seluruh kawasan dusun Legetang terkubur longsoran tanah. Tak ada sedikit pun bagian rumah yang kelihatan. Tanda-tanda kehidupan penghuninya juga tak ada, kenang Suhuri. ”Alam Legetang sebagian besar cekung. Tanah dari lereng gunung seakan diuruk ke cekungan itu dan meninggi dibanding tanah asli disekitarnya. Banyak warga yang dibiarkan terkubur karena sulit dievakuasi,” ujar Suhuri.

Pencarian terhadap korban, menurut Suhuri, hanya dipusatkan ke titik yang diduga merupakan lokasi rumah bau (kepala dusun) Legetang bernama Rana. Setelah dilakukan penggalian cukup lama oleh warga. Tapi tak sedikit para korban dibiarkan terkubur, karena amat sulit dievakuasi. Satu istri Rana lainnya, bernama Kastari, satu-satunya warga Legetang yang selamat, karena ia pergi dari rumah sebelum gunung itu longsor.

Kini tanah lokasi bencana itu sedikit demi sedikit digarap warga untuk budidaya tembakau dan sayur. Sekitar 1980, ketika kentang menggusur tanaman tembakau dan jagung di pegunungan Dieng, bekas dusun Legetang pun berubah jadi ladang kentang dan kobis, termasuk tanah kuburan umum milik bekas dusun tersebut.

Suasana jalan dari arah Dieng menuju ke bekas Dukuh Legetang


Jalan yang terlihat mengarah kepada Dukuh Legetang

Rabu, 14 Juli 2010

FLATLINED

Oh my GOD please forgive me
I got some pride for loosing my faith
I never got bored in doing sins I hate
I never did all the right things I’ve said
I didn’t have time to pray for my death

I can’t take my fall
Let me live once more

Dark… Tide… Blind… Pain…
I’m trapped in my pain
Undo my death, my Almighty GOD
I beg You, let me live…

I once thought “Life would end by the time I die”
Let me live once more
I didn’t know how to save my last breath
Let me live once more

I promise I’ll keep my life straight
then guide me live through the right path

HATI NURANI

Sebuah kata yang klise yang sering terdengar bahkan tak asing lagi dalam kehidupan kita, namun menjadi asing tatkala tingkah laku kita, moral kita, bahkan kehidupan kita justru tak mengenal apa itu HATI NURANI.........
Bagaimana memunculkan atau menggunakan atau apapun itu yang benar-benar dapat mengguncangkan HATI NURANI, apakah perlu adanya musibah kecil atau yang besar sekalipun baru kita menyadari akan keberadaanya.
Hidup adalah anugerah yang tak tertandingi nilainya oleh apapun, tapi hidup tanpa memberikan makna pada sesama hanyalah sebuah fatamorgana, yang suatu saat akan membuat kita terpedaya oleh keindahan dunia.

Dalam posting pertama ini saya mengajak untuk lebih mengutamakan HATI NURANI dalam kehidupan ini, memberikan manfaat berarti pada sesama tanpa melihat kekurangannya.